Monday, March 18, 2013

Surat dan Dokumen Penting Hubungan Aceh dengan Turki Ustmani


Berikut adalah surat-surat dan dokumen-dokumen penting yang membuktikan hubungan erat antara Kerajaan Islam Aceh Raya Darussalam dengan Kerajaan Turki Ustmaniyyah.

Dibawah ini adalah teks transliterasi Surat Sultan Aceh Alaaddin Syah Al-Kahhar untuk Sultan Sulaiman Agung mengenai permohonan bantuan militer dan ahli kemiliteran dari Kesultanan Ustmanii untuk melawan bangsa Portugis. Bantuan Turki selanjutnya juga dilampirkan (3 halaman). Surat berbahasa Turki inii bercatatan Jumadil Akhir 973 H/ 7 Jan 1566 M.


Dibawah ini adalah salinan surat Sultan Ustmani, Sultan Salim II untuk penguasa Aceh, Syah Al-Kahhar yang memberitahukan tentang pengiriman satu armada angkatan laut beserta sejumlah pelengkapan dan ahli-ahli militer ke Aceh. Surat 4 halaman bertarikh 16 Rabi’ul Awwal 975 H/ 20 Sept 1567 M ini menggunakan bahasa Turki.

Monday, February 4, 2013

Nama-Nama Sultan dan Sultanah Kerajaan Aceh Darussalam

No
Nama Sultan
Masa Pemerintahan
Keterangan




Sultan Aceh dari Dinasti Meukuta Alam




1
Sultan Ali Mughayat Syah
1496 - 1528 / 7 Agustus 1530
Pendiri kerajaan, putera dari Syamsu Syah
2
Sultan Salahuddin
1528 / 1530 - 1537 / 1539
Putra dari No. 1. Wafat tanggal 25 November 1548.
3
Sultan Alauddin al-Qahhar
1537 - 1568 / 28 September 1571
Putra dari No. 1 dan adik dari No. 2
4
Sultan Husain Ali Riayat Syah
1568 / 1571 - 1575 / 8 Juni 1579
Putra dari No. 3.
5
Sultan Muda
1575 / 1579
Putra dari No. 4. Baru berumur beberapa bulan pada saat dijadikan sultan.
6
Sultan Sri Alam
1575 - 1576 / berkuasa hanya pada 1579
Putra dari No. 3. Juga merupakan raja Priaman
7
Sultan Zainal Abidin
1576 - 1577 / berkuasa hanya pada 1579
Cucu dari No. 3.




Sultan Aceh yang berasal dari luar Aceh (Asing)

Sunday, January 27, 2013

Malik As Saleh, Sang Raja Pasai Penyebar Islam di Asia Tenggara

Sebelum Dinasti Usmaniyah (Ottoman) di Turki berdiri pada 699-1341 H atau bertepatan dengan tahun 1385-1923 M, ternyata nun jauh di belahan dunia sebelah timur-tepatnya di wilayah Aceh saat ini-telah muncul sebuah kerajaan Islam bernama Samudera Pasai. Jika Ottoman mulai menancapkan kekuasaannya pada tahun 1385 M, Samudera Pasai sudah mengibarkan bendera kekuasaannya pada 1267 M.

Keberadaan Kesultanan Samudera Pasai ini diungkapkan oleh petualang Muslim asal Maroko, Abu Abdullah Ibnu Batuthah (1304-1368 M), dalam kitabnya yang berjudul Rihlah ila I-Masyriq (Pengembaraan ke Timur).

"Sebuah negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah," tulis Ibnu Batuthah ketika menggambarkan kekagumannya terhadap keindahan dan kemajuan Kerajaan Samudera Pasai yang sempat disinggahinya selama 15 hari pada 1345 M.

Thursday, January 24, 2013

Panglima Uteun

Tradisi pengelolaan hutan yang arif bijaksana telah dipraktekkan secara turun temurun dalam masyarakat Aceh. Hal ini diselenggarakan melalui lembaga adat uteun yang dipimpin oleh Panglima Uteun. Panglima Uteun merupakan unsur pemerintahan mukim yang bertanggungjawab kepada Imum Mukim. Khazanah adat budaya ini masih melekat dalam kehidupan sebagian masyarakat Aceh sebagai sebuah kearifan lokal yang masih ada terutama pada kemukiman yang wilayahnya berdekatan dengan kawasan hutan.

Dalam literatur lama diterangkan bahwa beberapa fungsi utama yang harus dilakukan oleh Panglima Uteun adalah:

Pertama, menyelenggarakan adat glee. Panglima uteun merupakan pihak yang memiliki otoritas menegakkan norma-norma adat yang berkaitan dengan bagaimana etika memasuki dan mengelola hutan adat (meuglee). Pangima Uteun atauPawang Glee (bawahan Panglima Uteun atau Kejruen Glee) memberi nasihat dalam mengelola dan memanfaatkan hutan. Nasehat tersebut berisikan tatanan normatif apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam kaitannya dengan pengurusan hutan adat. Selain itu, disampaikan pula petunjuk perjalanan dalam hutan sehingga jangan sampai orang tersesat, atau mendapat gangguan dari jin dan binatang-binatang buas lainnya.